PJ BUPATI KUNINGAN : Pembangunan Museum Batik Kuningan yang diharapkan bisa menjadi pusat dokumentasi dan pelestarian batik lokal
Peringatan Hari Batik Nasional tahun ini menjadi momen penting bagi Kabupaten Kuningan. PJ Bupati Kuningan, Raden Iip Hidajat, mengungkapkan gagasan besar yang bertujuan untuk melestarikan warisan budaya batik khas Kuningan.
Salah satu rencana utama yang disampaikan adalah pembangunan Museum Batik Kuningan yang diharapkan bisa menjadi pusat dokumentasi dan pelestarian batik lokal, BATIK KAMUNING serta mendukung peran Kuningan di kancah nasional dan internasional.
Dalam wawancara bersama media setelah meninjau Kuningan SIPP ke-18 di Desa Cengal (02/10/2023), Raden Iip menyampaikan bahwa Batik Kuningan sudah lama menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas budaya daerah. Sejak resmi diluncurkan sebagai salah satu ikon Kuningan pada 2004, batik ini terus mengalami perkembangan.
Namun, Raden Iip menegaskan bahwa kontribusi bupati-bupati sebelumnya yang telah meletakkan dasar perkembangan batik tersebut harus dihormati. “Batik Kuningan itu tidak hanya muncul di masa saya. Ini proses panjang, dan kontribusi dari para bupati sebelumnya harus dihargai,” ujar Raden Iip.
Menurutnya, Batik Kuningan adalah hasil dari perjalanan budaya yang panjang, yang perlu terus dikembangkan dan dikenalkan kepada masyarakat luas. Meskipun pada 2004 Batik Kuningan telah diresmikan sebagai salah satu kebanggaan daerah, Raden Iip menilai masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk memperluas apresiasi dan pemahaman masyarakat terhadap batik ini. “Kita memang gong-nya di tahun 2004, tapi sejarahnya tidak boleh dilupakan,” tegasnya.
Rencana Museum Batik ini semakin kuat setelah Kuningan mendapat tawaran untuk berpartisipasi dalam acara batik internasional di Paris, Prancis.
Meski yang tampil di acara tersebut adalah para ahli batik dari luar, bahan batik yang digunakan berasal dari Kuningan. Hal ini menambah kebanggaan tersendiri bagi Raden Iip dan masyarakat Kuningan.
“Ada kebanggaan luar biasa, batiknya dari kita,” ungkapnya dengan penuh semangat. Dari pengalaman ini, ia semakin yakin bahwa Kuningan perlu memiliki sebuah museum atau diorama yang dapat melestarikan, mendokumentasikan, dan memamerkan kekayaan budayanya kepada publik.
Museum Batik Kuningan yang diusulkan ini tidak hanya akan berfungsi sebagai tempat penyimpanan koleksi batik, tetapi juga sebagai sarana edukasi tentang proses kreatif di balik pembuatan batik.
Raden Iip menjelaskan bahwa museum ini nantinya akan menampilkan seluruh proses produksi batik, mulai dari desain hingga hak kekayaan intelektual (HAKI) yang dimiliki oleh para pengrajin batik lokal. “Termasuk haki-hakinya ditempel di situ, desain-desainnya yang sembilan dihakikan juga. Capnya, proses printing, sejarahnya, semua akan ditampilkan. Semacam diorama,” jelasnya lebih lanjut.
Raden Iip juga mengungkapkan bahwa konsep museum ini terinspirasi dari museum-museum internasional, seperti yang ada di Paris.
Ia terkesan dengan pengelolaan profesional museum-museum di luar negeri yang mampu menarik minat pengunjung dari berbagai kalangan, sekaligus memberikan edukasi yang mendalam tentang budaya.
“Di Paris, ada museum fashion show yang menampilkan koleksi dari berbagai negara. Semua ditata dengan sangat profesional. Saya pikir, Kuningan perlu mengambil inspirasi dari situ,” ujarnya.
Museum batik yang digagas ini tidak hanya akan menonjolkan koleksi batik Kuningan, tetapi juga memberikan pemahaman yang lebih luas kepada masyarakat mengenai sejarah dan proses pembuatan batik tersebut.
Selain itu, Raden Iip berharap museum ini dapat menjadi pusat pengembangan dan pelestarian batik Kuningan sehingga dapat bersaing di kancah internasional.
Raden Iip menegaskan bahwa dengan adanya museum, masyarakat akan semakin mengenal sejarah Batik Kuningan dan menghargai proses kreatif di baliknya.
Museum ini diharapkan menjadi tempat yang tidak hanya menawarkan pengalaman visual, tetapi juga memberikan pengetahuan yang mendalam bagi para pengunjung.
Ia menggambarkan bagaimana museum di luar negeri dikelola dengan profesional, di mana setiap detail diperhatikan untuk memberikan pengalaman terbaik kepada pengunjung.
“Di museum-museum itu, pengunjung tidak hanya menikmati koleksi yang dipamerkan, tetapi juga mendapatkan edukasi yang mendalam tentang proses dan sejarah dibaliknya. Saya ingin Kuningan memiliki sesuatu seperti itu,” tegasnya.