ZMedia Purwodadi

Sri Mulyani Buka Soal Ekonomi Indonesia Terkini

Daftar Isi


#INFONASIONAL

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati buka-bukaan mengenai situasi perekonomian Indonesia terkini di tengah global yang bergejolak dan banyak negara yang ambruk. "Indonesia sampai semester I-2022 ini level dari PDB sudah 7,1% di atas level sebelum pandemi," ungkapnya dalam konferensi pers APBN Kita, Senin (26/9/2022)

"Dari negara ASEAN 7 dan G20 dan lainnya relatif recover namun masih banyak level sama atau sedikit lebih baik dari pra pandemi. Bahkan Meksiko, Thailand dan Jepang masih di bawah PDB lebih rendah dibandingakn 2019 sebelum pandemi terjadi," jelasnya.

Pemulihan ekonomi terus berlanjut hingga Agustus 2022. Ditandai dengan konsumsi rumah tangga yang stabil yang terlihat dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang masih positif.Neraca perdagangan pada Agustus surplus US$ 5,76 miliar, serta nilai ekspor Indonesia pada periode itu berhasil tumbuh 30,15% secara year on year (yoy) mencapai US$ 27,91 miliar.

Sementara impor pada periode yang sama US$ 22,15 miliar naik 32,81% yoy. Capaian ini juga sekaligus mencatatkan surplus sebanyak 28 kali berturut-turut.

"Ini yang menjadi salah satu daya tahan dari perekonomian pada dunia mengalami guncangan. Namun tak boleh terlena, karena ekspor tergantung negara tujuan dan negara lain mengalami pelemahan. Jadi harus hati-hati menjaga momentum pertumbuhan ekonomi dari eksternal kita," paparnya.

Inflasi menjadi salah satu yang harus diwaspadai. Efek kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bisa mendorong inflasi jauh lebih tinggi dari yang diperkirakan. Hingga Agustus inflasi sudah mencapai 4,69%. Neraca perdagangan pada Agustus surplus US$ 5,76 miliar, serta nilai ekspor Indonesia pada periode itu berhasil tumbuh 30,15% secara year on year (yoy) mencapai US$ 27,91 miliar.

Sementara impor pada periode yang sama US$ 22,15 miliar naik 32,81% yoy. Capaian ini juga sekaligus mencatatkan surplus sebanyak 28 kali berturut-turut. "Ini yang menjadi salah satu daya tahan dari perekonomian pada dunia mengalami guncangan. Namun tak boleh terlena, karena ekspor tergantung negara tujuan dan negara lain mengalami pelemahan. Jadi harus hati-hati menjaga momentum pertumbuhan ekonomi dari eksternal kita," paparnya.